Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian

28 Juli, 2008

Berita : Hari Lahan Basah Sedunia dirayakan di Taman Nasional Wasur Merauke

(www.kab.merauke.go.id, 28-07-2008)
Hari Lahan Basah Sedunia dirayakan di Taman Nasional Wasur Merauke. dan dihadiri Dirjen Konservasi PHKA Bapak, Ir Tatory MM yang diwakili oleh Bapak Ir.Noerhidayat, Muspida Kabupaten Merauke, Para undangan, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, PNS dan Pelajar

Acara dibuka dengan Doa yang dipimpin oleh Sdr Upick.S ( Staf BTN Wasur ) dan dilanjutkan dengan Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Ir. Tri Siswo Raharjo yang dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk mensosialisasikan tentang arti penting lahan basah sebagai penyangga kehidupan, meningkatkan pemahaman tentang lahan basah yang ada di Taman Nasional Wasur Yang merupakan Lahan Basah terbesar kedua didunia dan Pertama di Asia merupakan Aset Bangsa yang patut kita banggakan, Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai macam lomba diantaranya, Lomba mewanai lahan basah untuk pelajar tingkat SD, dan untuk tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi mengikuti lomba Karya Tulis tentang Lahan Basah. Dan pemenangnya akan diumumkan oleh Panitia Lomba. Sekaligus penyerahan hadiah bagi para pemenang.

Kemudian Bapak Ir.Noerhidayat membacakan sambutan tertulis oleh Dirjen Konservasi PHKA Bapak, Ir. Darori MM yang mengatakan lahan basah terkait dengan Konferensi Ramsar, Ramsar yang merupakan nama salah satu kota di Iran Timur Tengah yang dipakai sebagai sebuah perjanjian kerja sama Negara-negara Dunia yang disetujui pada Tanggal 2 Pebruari 1971 dimana Indonesia sendiri telah menandatangani Konferensi Ramsar melalui keputusan Presiden No 48 Tahun1991. Hal tersebut menandakan bahwa apa yang telah tertuang didalam Konferensi tersebut Indonesia turut mempertahankan dan turut bertanggang jawab. Saat ini Indonesia memiliki tiga lokasi Ramsar diIndonesia yaitu Taman Nasional Merbak di Riau, Taman Nasional Danau Sentarong di Kalimantan Barat dan Taman Nasional Wasur di Merauke Papua. Pada kenyataannya lahan basah menyimpan sumber daya alam yang sangat melimpah dan sangat produktif tidak hanya sebagai habitat ikan tetapi juga tumbuh berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai nilai komersial tinggi sekaligus sebagai habitat burung air termasuk yang bersifat Migran sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan tempat wisata. Dalam sambutan tertulisnya beliau menghimbau kepada semua warga masyarakat untuk ikut mejaga dan melestarikan Taman Nasioanal Wasur yang merupakan sumber penghidupan warga sekitar.

Kemudian Acara dilanjutkan dengan Sambutan Wakil Bupati Kabupaten Merauke Bapak Drs. Waryoto, M.Si yang dalam sambutannya Wakil Bupati mengatakan Taman Nasional Wasur memiliki peranan penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena didalamnya terdapat Rawa Biru yang merupakan satu-satunya sumber Air Bersih Masyarakat Kota Merauke. Taman Nasional Wasur juga merupakan tempat persinggahan burung-burung migran dari negara tetangga seperti australia maupun papua new guinea selain dari kutub utara yang akan ke kutub selatan maupun sebaliknya.

Kemudian Acara dilanjutkan dengan peresmian Balai Konservasi dan Penelitian BOMI SAI yang terletak disamping kanan pintu masuk Taman Nasional Wasur Merauke Papua.
Selengkapnya...

09 Juli, 2008

Empat Suku dan TN Wasur Akan Buat Perda

(www.papuapos.com, 09-07-2008)
Merauke- Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Tri Siswo Raharjo menjelaskan, jika tidak ada kesepakatan batas wilayah adat bagi empat suku di daerah Taman NAsioonal Wasur. Maka dalam waktu dekat dibuat rancangan Peraturan Daerah (Perda). Sebab mengingat wilayah Kepulauan Irian Barat sangat dominan dengan kebudayaan adat. “Kepulauan Irian barat sangat dominan dengan kebudayaan tradisonal adatnya, dan tidak adanya status jelas batas wilayah adat akan menjadikan konflik bagi masyarakat adatnya,” ungkap Tri.

Lanjutnya, dengan diadakannya lokakarya akan menjadi dasar penyempurnaan empat wilayah adat yang ada di TN Wasur. Sekaligus membangun persepsi bersama untuk perlindungan empat suku yang berada di wilayah TN Wasur. Tentu 4 suku ini, nantinya akan di masukkan dalam rancangan Perda.

Lokakarya digelar dua hari ini bertujuan, menyempurnakan kesepakatan hasil rapat Perdasi dan Perdasus, tentang hak batas wilayah masyarakat adat dari empat suku di TN Wasur, kabupaten Merauke. Memang, hingga kini belum disahkan pemerintah karena, adanya terjadi pro-kontra dari pimpinan adat.**
Selengkapnya...

Video : Musamus

Klik disini apabila tidak bisa menampilkan video

Rumah Semut begitu orang menyebutnya, padahal Musamus begitu sebutan penduduk lokal merupakan “istana” yang dibangun oleh koloni rayap. Menggunakan campuran dari rumput kering sebagai bahan utama dan liur sebagai semen untuk merekatkannya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun istana rayap ini.

Keistimewaan dari rumah rayap ini adah rancangan ventilasinya yang berupa lorong-lorong yang membantu melindungi dari air hujan, dan membantu melepas panas ke udara ketika musim panas tiba. Karena berbagai keistimawaan yang dipunyainya, maka tidak heran musamus dijadikan lambang daerah Kabupaten Merauke.

Musamus ini hanya dapat ditemukan di beberapa tempat di dunia, dan untuk di Indonesia mungkin hanya ada di Merauke saja. Kita dapat menemukan Musamus di Taman Nasional Wasur dan di beberapa wilayah di Kabupaten Merauke.