Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian

01 Januari, 2007

Tentang Taman Nasional Wasur

Kawasan hutan Wasur sejak tahun 1978, telah ditunjuk sebagai suaka alam yang terdiri dari Suaka Margasatwa Wasur berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 252/Kpts/Um/5/1978 tanggal 3 Mei 1978, dengan luas 206.000 hektar dan Cagar Alam Rawa Biru dengan luas 4.000 hektar. Kemudian pada tahun 1982 luasan Suaka Margasatwa Wasur ditambah sebanyak 98.000 hektar berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 15/Kpts/Um/1/82, sehingga luasannya bertambah menjadi 304.000 hektar.

Pada Tahun 1990 kedua kawasan tersebut (CA. Rawa Biru dan Suaka Margasatwa Wasur) dideklarasikan sebagai Taman Nasional Wasur, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 448/Kpts-II/1990 tanggal 24 Maret 1990 dengan luas keseluruhan 308.000 hektar. Selanjutnya pada tahun 1997 Taman Nasional Wasur ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 282/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997, dengan luas 413.810 hektar.

Secara astronomis Taman Nasional Wasur terletak antara 08°06’00” LS sampai 09°12’00” LS. Dan 140°18’00”BT sampai 141°00’00” BT. Secara administratif kawasan tersebut berada di wilayah kerja Kecamatan Merauke, Kabupaten Merauke, Propinsi Irian Jaya. Batas-batas kawasan adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Suaka Margasatwa Tonda di Papua New Guinea,
Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Merauke,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura,
Sebelah Utara berbatasan dengan kawasan Sungai Maro.

Kondisi topografi Taman Nasional Wasur relatif datar dengan kemiringan 0 sampai 8 persen. Jenis tanah yang dijumpai adalah Organosol Aluvial, Podsolik Merah Kuning dan Hidromorf kelabu. Kawasan ini merupakan salah satu ekosistem lahan basah penting di Indonesia, karena memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi.

Taman Nasional Wasur mengalami dua musim yaitu musim kering selama 5 sampai 6 bulan (Juni / Juli - Desember) dan musim basah selama 6 sampai 7 bulan (Januari - Juni / Juli) dalam setahun. Kawasan ini memiliki iklim moonson.

Video : Musamus

Klik disini apabila tidak bisa menampilkan video

Rumah Semut begitu orang menyebutnya, padahal Musamus begitu sebutan penduduk lokal merupakan “istana” yang dibangun oleh koloni rayap. Menggunakan campuran dari rumput kering sebagai bahan utama dan liur sebagai semen untuk merekatkannya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun istana rayap ini.

Keistimewaan dari rumah rayap ini adah rancangan ventilasinya yang berupa lorong-lorong yang membantu melindungi dari air hujan, dan membantu melepas panas ke udara ketika musim panas tiba. Karena berbagai keistimawaan yang dipunyainya, maka tidak heran musamus dijadikan lambang daerah Kabupaten Merauke.

Musamus ini hanya dapat ditemukan di beberapa tempat di dunia, dan untuk di Indonesia mungkin hanya ada di Merauke saja. Kita dapat menemukan Musamus di Taman Nasional Wasur dan di beberapa wilayah di Kabupaten Merauke.