Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian

12 Januari, 2011

Limosa limosa si Burung Pengembara

Oleh : Y. Agung Widya, S.Hut



Taman Nasional Wasur merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai potensi keanekaragam yang sangat tinggi, salah satunya adalah keanekaragaman jenis-jenis burung migran. Sampai saat ini di TN Wasur telah tercatat 403 species burung dengan 74 species diantaranya endemik Papua dan diperkirakan terdapat 114 species yang dilindungi. Keberadaannya sebagai daerah lahan basah merupakan habitat penting bagi burung-burung air di Indonesia khususnya burung migran yang berasal dari Australia dan New Zealand dan memiliki arti penting bagi kepentingan internasional sebagai tempat persinggahan ribuan burung migrasi.

Kata migrasi diturunkan dari kata migrat (Latin) yang berarti pergi dari satu tempat ke tempat lain atau juga bermakna bepergian ke berbagai tempat (Peterson, 1986). Migrasi dalam kehidupan hewan dapat didefinisikan sebagai pergerakan musiman yang dilakukan secara terus menerus dari satu tempat ke tempat lain dan kembali ke tempat semula, biasanya dilakukan dalam dua musim yang meliputi datang dan kembali ke daerah perkembangbiakan (Alikondra, 1990).
Migrasi merupakan pola adaptasi perilaku yang dilakukan oleh beberapa jenis satwa liar. Pola migrasi yang dilakukannyapun berbeda setiap jenis satwa, tergantung pada keadaan, waktu dan berbagai penyebab keadaan. Ada yang melakukan migrasi karena satwa tersebut pergi untuk mendapatkan makanan, perkembangbiakan dan perubahan musim pada bumi belahan utara maupun selatan sehingga menuntut satwa berpindah untuk mempertahankan hidupnya, baik dari dingin maupun panas.
Pada dasarnya, Migrasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu migrasi musiman dan migrasi harian. Migrasi musiman biasanya berhubungan dengan perubahan iklim. Migrasi ini dapat dilakukan menurut garis lintang, ketinggian tempat maupun secara lokal, sedangkan migrasi harian disebut juga pergerakan harian karena beberapa satwa liar melakukan pergerakan harian selama 24 jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu contoh satwa yang melakukan migrasi setiap tahunnya adalah burung pantai yang mengembara dari tempat berbiakanya di daerah tundra Arktik menuju ke Selatan untuk menghindari musim dingin pada bulan September – April. Banyak burung-burung pantai yang beristirahat dan mencari makan di wilayah Asia. Sementara yang lainnya meneruskan perjalanan menuju Australia dan Selandia Baru. Pada Bulan Mei dan Agustus ketika musim panas tiba di belahan bumi utara, mereka kembali ke Utara untuk berkembang biak.
Rute perjalanan burung biasanya disebut sebagai jalur terbang (flyway) dimana jalur terbang untuk Asia Timur – Australasia merupakan salah satu dari beberapa jalur terbang di dunia. Pada jalur terbang ini terdapat rangkaian kawasan lahan basah dimana burung pengembara beristirahat dan makan, salah satunya di Taman Nasional Wasur.
Pada tanggal 6-11 November 2009 telah dilakukan survei oleh staf Wildlife Conservation Society — Indonesia Program (WCS-IP), didampingi oleh beberapa staf Taman Nasional Wasur melakukan survey tentang burung-burung air di TN Wasur. Adapun jenis-jenis burung air yang teridentifikasi di TN Wasur adalah berjumlah 46 jenis burung air. Diantara hasil survey tersebut ditemukan jenis burung pantai biru-Iaut ekor-hitam (Limosa Iimosa) berbendera yang ditandai di Cina berada di Rawa Dogamit SPTN Wilayah II Ndalir TN Wasur pada koordinat 08" 38' 16.3" S 140° 32’ 05.0" E. Hal ini nampak jelas dilihat dari posisi bendera yang terletak pada kaki burung sebelah kanan dengan warna putih hitam. Ini menunjukkan indikasi bahwa lokasi tersebut aktif dijadikan persinggahan burung migran pada saat melakukan migrasi ke selatan maupun ke utara.
TN Wasur telah banyak melakukan inventarisasi jenis-jenis burung yang ada di kawasan. Ada beberapa tempat yang menjadi objek kegiatan inventarisasi, salah satunya pada bulan Mei 2010 di hutan jarang melaleuca SPTN Wilayah II Ndalir merupakan habitat yang paling banyak dijumpai jenis burung yaitu sebanyak 27 jenis atau 61,36 % dari jenis-jenis burung yang ada, dengan jumlah populasi sebanyak 168 ekor. Lima belas jenis diantaranya hanya dijumpai di habitat tersebut, antara lain Kepudang sungu hitam, Cambuk papua, Sericornis, Bubut coklat, Remetuk, Kuka bura perut merah dan Ibis suci. Kemudian diikuti oleh habitat ecoton hutan jarang melaleuca & hutan monsoon sampai dengan habitat sekitar Rawa Dogamit.
Serta habitat hutan pantai merupakan daerah yang kurang dijumpai jenis-jenis burung yaitu hanya sebanyak 18 jenis atau 41 % dari total burung yang ada dengan jumlah populasi sebanyak 114 ekor dan beberapa jenis diantaranya hanya dijumpai di habitat tersebut, yaitu Trinil pantai, Camar angguk hitam, Undan kacamata / pelican, Dara laut jambon, Kirik-kirik Australia, Dara laut tengkuk hitam dan Dara laut kecil. Data tersebut merupakan hasil kegiatan ketika dilakukan musim penghujan.
Ketika musim kemarau, data jenis burung yang ada lebih banyak dibandingkan musim hujan. Berdasarkan hasil inventarisasi November 2008 Balai TN Wasur mencatat ada sejumlah 39 (tiga puluh sembilan) burung air di Rawa Dogamit dan 30 (tiga puluh) di Pantai Ndalir dan 52 (lima puluh dua) di hutan monsoon dan jarang melaleuca. Hal ini menunjukkan bahwa TN Wasur merupakan persinggahan burung-burung air ketika belahan bumi utara dingin.
Keberadaan burung migran di TN Wasur banyak terdapat pada daerah-daerah seperti rawa permanen yang tidak mengalami kekeringan sepanjang tahun seperti Rawa Dogamit dan Rawa Mblatar SPTN Wilayah II Ndalir. Daerah ini ketika musim kemarau merupakan tempat berkumpulnya berbagai jenis burung migran untuk mencari makan karena pada tempat tersebut ikan berkumpul dalam jumlah yang cukup banyak.
Pelestarian burung air bermigrasi tergantung pada pengelolaan yang memadai dari suatu jaringan kerja menyeluruh yang melibatkan lokasi yang memiliki kepantingan secara intemasional. Taman Nasional Wasur Sejak tahun 1996, sudah masuk dalam Jaringan Kerja Lokasi Jalur Terbang Asia Timur – Australasia. Di Indonesia sendiri hanya Taman Nasional Wasur yang targabung dalam kalompok kerja Jalur Tarbang Asia Timur - Australasia.
Ada beberapa permasalahan yang harus diperhatikan di dalam menjaga burung-burung migran dari bahaya kepunahan di Taman Nasional Wasur, antara lain :
a) Hilangnya habitat dan perubahannya.
b) Gangguan oleh manusia.
c) Pemangsa.
d) Adanya tanaman yang bukan tanaman asli yang mendominasi kawasan tarsebut.
e) Parubahan iklim.
Namun secara umum, terdapat 2 (dua) macam ancaman utama bagi burung pantai di Indonesia, yaitu perubahan peruntukan dan perusakkan habitat serta perburuan. Penggunaan racun dan pestisida dalam pertanian ditengarai juga merupakan ancaman potensial bagi burung air. Meskipun demikian, diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk menentukan tingkat gangguan yang ditimbulkannya.
Sampai saat ini tidak ada peraturan perundang-undangan khusus yang berkaitan dengan burung pantai di Indonesia. Undang-undang perlindungan yang ada saat ini adalah UU No. 5/1990 mengenai sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, yang kemudian didukung oleh PP No. 7 tahun 1999. Dibawah Undang-undang ini, sekitar 400 jenis burung di Indonesia telah mendapat perlindungan. Sayangnya, hanya 9 jenis burung pantai yang termasuk jenis yang dilindungi. Undang-undang tersebut melarang untuk menangkap memelihara dan memperjualbelikan jenis-jenis burung yang dilindungi, termasuk bagian-bagian tubuh dan telurnya, baik hidup maupun mati.
Indonesia telah menjadi anggota dari berbagai perjanjian dan kerjasama internasional dibidang perlindungan hidupan liar, termasuk burung pantai. Diantaranya seperti CITES dan Convention on Biodiversity. Pada tahun 1991, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Ramsar mengenai lahan basah yang memiliki kepentingan internasional, khususnya sebagai habitat burung air. Melalui konvensi ini, setiap negara anggota mengajukan lokasi lahan basah tertentu yang telah memenuhi kriteria, sebagai lahan basah yang memiliki kepentingan internasional dan kemudian membuat dan melakukan rencana pengelolaan kawasan tersebut beserta sumber daya di dalamnya. Masyarakat internasional juga diharapkan dapat membantu usaha tersebut. Indonesia telah memasukan Taman Nasional Berbak di Jambi dan Taman Nasional Wasur di Papua sebagai situs Ramsar. Kedua kawasan tersebut telah diketahui sebagai lokasi penting persinggahan burung pantai yang bermigrasi.
Untuk perlindungan burung pantai migran, Indonesia juga telah turut serta dalam kesepakatan multilateral negara-negara di kawasan Asia dan Oseania yang disebut East Asian – Australasian Shorebird Site Network. Sama halnya dengan Konvensi Ramsar, dalam kesepakatan ini setiap negara anggota diharuskan untuk mengajukan lokasi-lokasi yang penting bagi persinggahan burung migran. Taman Nasional Wasur telah diajukan sebagai lokasi tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadi cacatan kedepan di dalam menjaga keberadaan burung migran di TN Wasur agar terhindar dari kepunahan, antara lain :
a. Melakukan inventarisasi dan identifikasi potensi kawasan yang menjadi habitat burung-burung migran;
b. Memperbaiki atau memulihkan kerusakan habitat tumbuhan, satwa, atau ekosistem, di setiap kawasan konservasi pada prinsipnya dapat dilakukan pembinaan habitat yang dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip konservasi;
c. Untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas jenis tumbuhan dan satwa agar tetap berada dalam keadaan seimbang dan dinamis, di setiap kawasan konservasi pada prinsipnya dapat dilakukan pembinaan populasi yang dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip konservasi;
d. Kegiatan rehabilitasi dapat dilakukan di setiap kawasan konservasi dengan tetap memperhatikan segi teknis dan ilmiah. Rehabilitasi dilakukan atas dasar adanya kebutuhan untuk memperbaiki kondisi kawasan yang rusak atau menurun potensinya.
e. Melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan yang menjadi habitat burung migran;
f. Melakukan kegiatan penyuluhan secara kontinyu kepada masyarakat akan pentingnya keberadaan burung-burung migran.
g. Pembinaan daerah penyangga dititikberatkan pada upaya peningkatan hubungan yang harmonis antara masyarakat dan kawasan konservasi yang sedemikian rupa sehingga kehadiran kawasan konservasi dapat dirasakan manfaatnya.
Untuk bisa melihat perubahan yang ada di TN Wasur, perlu adanya monitoring yang dilakukan secara berkesinambungan, baik monitoring habitat maupun satwa yang ada terutama burung-burung migran. Identifikasi tempat – tempat yang diperkirakan sebagai tempat migran di Taman Nasional Wasur sehingga akan mendapatkan data yang berkelanjutan untuk monitoring sepanjang tahun.
Selengkapnya...

11 Januari, 2011

Keragaman Hayati TN Wasur

Taman Nasional Wasur mempunyai keunikan dan peran yang sangat strategis. Keunikan kawasan ini adalah adanya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang cukup tinggi.

Tipe Ekosistem :Terdapat 6 (enam) tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional Wasur yaitu :
a. Ekosistem Rawa Berair Payau Musiman, terdapat di daerah Rawa Taram, Rawa Kitar-kitar hingga daerah Waam dan Samleber.
b. Ekosistem Rawa Berair Tawar Permanen, terdapat di daerah Danau Rawa Biru, Ukra, Maar dan Kankania.
c. Ekosistem Pesisir Berair Tawar, terdapat di daerah Mbo, Okilur, Rawa Pilmul dan Rawa Badek.
d. Ekosistem Daratan Berair Tawar, terdapat di sepanjang jalan Trans Irian.
e. Ekosistem Pesisir Berair Payau - Asin, terdapat di daerah sekitar pemukiman sektor pantai kecuali Kampung Kondo.
f. Ekosistem Daratan Berair Payau, terdapat di Kampung Wasur, Rawa Ndalir dan Kampung Sota.

Flora : secara umum jenis vegetasi di dalam kawasan TN Wasur dikelompokkan dalam 10 (sepuluh) kelas hutan yaitu Hutan Dominan Melaleuca sp, Hutan Co-Dominan Melaleuca sp - Eucalyptus sp, Hutan Jarang, Hutan Pantai, Hutan Musim, Hutan Pinggir Sungai, Hutan Bakau, Sabana, Padang Rumput dan Padang Rumput Rawa. Adapun vegetasinya didominasi oleh Melaleuca sp, Asteromyrtus symphiocarpa, Eucalyptus sp, Acacia sp, Alstonia actinopilla, Dilenia alata, Baksia dentata, Graminae sp, Pandannus sp, Cycas sp, Amorphopalus sp, Anggrek dan lain-lain.

Fauna : Keanekaragaman jenis fauna di Kawasan TN Wasur terdiri dari :
a. Mamalia
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terdapat 34 spesies dari 80 spesies mamalia yang terdidentifikasi. Mamalia besar di kawasan TN Wasur adalah kangguru lapang (Macropus agilis), Kangguru hutan/biasa (Darcopsis veterum) dan Kangguru Tanah (Thylogale brunii). Disamping itu terdapat mamalia lain yaitu musang hutan (Dasyurus spartacus), Kuskus berbintik (Spilocuscus Petaurus breviceps) dikenal masyarakat setempat sebagai tupai dan lain-lain.

b. Aves (Burung)
TN Wasur memiliki keanekaragaman burung yang telah tercatat 403 species dengan 74 species diantaranya endemik Papua dan diperkirakan terdapat 114 species yang dilindungi. Jenis-jenis burung tersebut antara lain : Garuda Papua (Aquila gurneyei), Cenderawasih (Paradisea apoda novaguineae), Kakatua (Cacatua sp), Mambruk (Crown pigeons), Kasuari (Cassowary), Elang (Circus sp.), Alap-alap (Accipiter sp.) dan lain-lain. Disamping itu lahan basah yang dimiliki TN Wasur merupakan tempat yang sangat penting bagi burung migran dari Australia dan New Zealand seperti : Bagau abu-abu/Ndarau (Cranes Trans-fly), Pelikan, Ibis (Stra-necked, Glossy dan White), Boha (Magpie geese), Burung Pantai (Plovers, Australian Pratincole) dan Paruh sendok (Royal spoonbills).

c. Pisces (Ikan)
Kawasan TN Wasur merupakan lahan basah yang luas, dimana banyak kehidupan aquatik yang menjadi komponen penting bagi keanekaragaman hayati dalam kawasan. Teradapat 39 jenis ikan dari 72 jenis yang ada, yang 32 jenis diantaranya terdapat di Rawa Biru dan 7 jenis terdapat di Sungai Maro seperti Scleropages jardinii, Cochlefelis, Doiichthys, Nedystoma, Tetranesodon, Iriatherina dan Kiunga dan lain-lain.

d. Reptil dan Ampfibi
Hasil survey terdapat 26 jenis reptil yaitu 2 jenis buaya (Crocodylus porosus dan Crocodylus novaguineae), 3 jenis biawak (Varanus sp.), 4 jenis kura-kura, 5 jenis kadal (Mabouya sp.), 8 jenis ular (Condoidae, Liasis, Pyton) dan 1 jenis bunglon (Calotus jutatas) dan 3 jenis katak; katak pohon (Hylla crueelea), katak pohon irian (Litoria infrafrenata) dan katak hijau (Rona macrodon).

e. Insekta (Serangga)
Yang tercatat di TN Wasur terdapat 48 jenis, diantaranya : Rayap (Tumulitermis sp. dan Protocapritermis sp.), Kupu-kupu (Ornithoptera priamus), semut (Formicidae, Nytalidae, Pieridae) dan lain-lain. Selain jenis fauna asli, di dalam kawasan TN Wasur juga terdapat jenis-jenis fauna eksotik seperti : rusa (Cervus timorensis), Sapi (Bos sp.) serta bermacam-macam spesies ikan seperti :betik (Anabas testudineus), gabus (Crassis auratus), Mujair (Orechromis mossambica) dan Tawes (Cyprinus carpio).
Selengkapnya...

TN WASUR SEBAGAI BASIS EKOWISATA DI PAPUA SELATAN

Oleh : Saiful Anwar, S.Hut

Indonesia termasuk salah satu dari 17 negara yang memiliki dua per tiga hingga seperempat kekayaan flora dan fauna dunia. Dunia telah mengakui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan julukan "mega biodiversity in the world", ini artinya bahwa Indonesia merupakan habitat dari sumber daya alam hayati dunia dengan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Potensi ini merupakan asset berharga bagi bangsa Indonesia dalam meningkatkan devisa negara melalui pembangunan wisata dengan memperhatikan sensivitas ekologi. Posisi Indonesia pada garis khatulistiwa juga di anugerahi kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam dan hayati dalam hutan-hutannya, bahkan Indonesia dikenal sebagai kawasan yang memiliki spesies tertentu yang masuk dalam kategori tertinggi di dunia. Keragaman dan kekayaan alam tropis dan bentukan lanskap alami serta budaya etnikal dan juga bentukan arsitektur dan lanskap budayanya menjadikan Indonesia sebagai salah satu lokasi kunjungan wisata yang potensial di dunia. Indonesia merupakan salah satu dari wilayah pariwisata Asia Timur dan Pasifik, dimana wilayah ini terbagi dalam 4 (empat) zona: Equator Tourist Area, Cancer Tourist Area, Capricon Tourist Area, dan Asean Tourist Image. Daya tarik utama pariwisata wilayah ini adalah pada ecotourism terutama alam tropis dengan keragaman spesies dan keindahan biotanya, baik flora maupun fauna. Keberadaan berbagai Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Alam dan kekayaan flora dan fauna baik di daratan (terestrial) maupun di air (akuatik) serta perkampungan tradisional dan cagar budaya etnikal ini merupakan aset wisata alam untuk dikembangkan sebagai salah satu obyek dan atraksi di berbagai daerah tujuan wisata.

Hampir setiap areal dan ragam etnikal Indonesia, bila dikelola dengan baik, dapat menjadi bagian atau areal pengembangan suatu kawasan wisata, termasuk juga areal yang memiliki legenda rakyat atau folk-lore yang signifikan dan bermakna pelestarian terhadap budaya dan kearifan lokal. Taman Nasional Wasur merupakan salah satu kawasan pelestarain alam yang memiliki keanekaragaman potensi SDA yang sangat kompleks baik itu ditinjau dari sudut pandang kenakeragaman hayati maupun keragaman budaya etnikal yang terdapat di kawasan tersebut sehingga prasyarat untuk mengembangkan kawasan tersebut sebagai basis ekowisata di Papua Selatan menjadi sangat ideal dimana Menurut Gunn (1993), perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki (supply) dan minat wisatawan (demand). Komponen supply terdiri atas : potensi atraksi (keindahan alam dan budaya), aksesibilitas, pelayanan informasi dan akomodasi. Komponen demand terdiri dari : pasar dan motivasi wisatawan. Sehingga berkembang atau tidaknya suatu kawasan wisata akan sangat tergantung pada modal yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Modal kepariwisataan ini dapat di golongkan menjadi tiga, yaitu potensi alam dan lokasi, potensi budaya etnikal, serta potensi manusia/masyarakat yang ada. Dari ketiga jenis modal tersebut, kesemuanya telah include di dalam kawasan Taman Nasional Wasur sebagai master of ecotourism in the South Papua. Gagasan membangun kawasan Taman Nasional Wasur sebagai master of ecotourism in the South Papua harus ditopang dengan sistem perencanaan yang matang dan mendapatkan dukungan yang kooperatif dari para pihak yang berkompeten dalam menunjang sistem pengelolaan di kawasan TNW,

Dengan demikian produk-produk wisata yang nantinya akan diaplikasikan merupakan hasil dari rumusan para pihak dan disusun dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

· Pemanfaatan Sumberdaya Alam Pengalaman wisatawan di obyek wisata hendaknya memberikan kesan bagaimana keadaan lingkungan alam, ini memberikan suasana baru yang menyegarkan. Perencanaan tata ruang kawasan harus memberikan peluang bagi pemanfaatan potensi alam sebagai bagian dari kegiatan pariwisata.

· Penangganan Masalah Dampak Lingkungan Perancangan fisik hendaknya dapat mencegah kerusakan alam sehingga kelestarian lingkungan dapat terjaga.

· Pertimbangan Ekonomis Tata Ruang Lokasi kawasan yang hendak dikembangkan hendaknya mempertimbangkan aksesibilitas bagi lapisan masyarakat yang membutuhkan. Apabila lokasi obyek wisata belum ditetapkan sebaik dilakukan proses seleksi.

· Organisasi dan Struktur Tata Ruang Penataan ruang pada prinsipnya adalah menetapkan pengelompokan komponen sarana pariwisata, sehingga membentuk keterkaitan antara berbagai kawasan fungsional, terciptanya keteraturan urutan kegiatan yang membutuhkan hubungan fungsional yang berkesinambungan, memisahkan kegiatan yang saling mengganggu, menghindarkan kesan monoton.

· Sistem Transportasi dan media pelayanan Efisiensi pergerakan untuk mencapai objek wisata dikaitkan dengan ketersediaan media pelayanan pariwisata merupakan syarat penting dalam pengembangan perencanaan tata ruang kawasan wisata berkelanjutan. Kelancaran dan efisiensi pergerakan ini harus dapat mengarahkan dan memadukan berbagai kegiatan, untuk itu dibutuhkan media pelayanan pariwisata yang tepat dan efisien.

Demikian, semoga tulisan ini dapat menjadi raferensi bagi para pihak dalam mewujudkan harapan untuk menciptakan Taman Nasional Wasur sebagai basis Ekowisata di Papua Selatan (master of ecotourism in the South Papua)
Selengkapnya...

06 Februari, 2009

Pembentukan Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) Kampung Wasur, Taman Nasional Wasur, Merauke

(BTN Wasur, 05-02-2009)
Penulis: Y. Agung Widya, S. Hut

Kampung Wasur merupakan salah satu kampung yang berada dalam kawasan Taman Nasional Wasur Merauke yang terpilih untuk dijadikan salah satu Model Desa Konservasi dalam kawasan Taman Nasional Wasur. Masyarakat yang mendiami Kampung Wasur terdiri dari masyarakat asli yaitu masyarakat sub Suku Marori Men-gey dan beberapa kelompok masyarakat pendatang yang telah hidup berasosiasi dan berasimilasi dengan masyarakat asl
i sejak turun temurun. Tingkat kesejahteraan penduduk di Kampung Wasur masih sangat rendah.

Sebagian besar masih menggantungkan hidupnya dengan mengambil hasil-hasil dari hutan. Sedangkan di Kampung wasur terdapat usaha-usaha masyarakat yang telah dikembangkan secara tradisional yaitu usaha penyulingan minyak kayu putih dan penangkaran anggrek, namun belum dapat dikelola secara baik sehingga perlu dikembangkan. Dengan pembentukan Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan (SPKP) diharapkan dapat memberdayaan masyarakat di Kampung Wasur nantinya. Hal ini didukung oleh kebijakan Departemen Kehutanan mengenai pengembangan peran serta aktif masyarakat dalam setiap usaha konservasi dan pelestarian alam.

Maksud dari pembentukan SPKP ini adalah memberdayakan masyarakat melalui pelibatan peran serta aktif masyarakat secara langsung dalam penentuan jenis dan pelaksanaan kegiatan pembangunan hutan dan kehutanan khususnya di Kampung Wasur sebagai Model Desa Konservasi dalam kawasan TN Wasur. Dengan tujuan adalah mengembangkan swadaya masyarakat dalam kegiatan penyuluhan kehutanan di Kampung Wasur, membentuk SPKP dan merekrut serta mengembangkan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM) di Kampung Wasur, mengembangkan Kelompok-kelompok Masyarakat Produktif Mandiri (KMPM) yang berbasis pembangunan kehutanan.

Pembentukan SPKP di Kampung Wasur dilaksanakan setelah pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pengkajian Desa Secara Partisipatif (PRA). Adapun tahapan pelaksanaanya yaitu :
a). Penyelenggaraan dialog multipihak dipimpin oleh Kepala Kampung yang diwakili oleh Sekretaris Kampung Wasur yang dihadiri oleh seluruh peserta diklat dan perwakilan pihak terkait. Dialog diawali dengan penyampaian hasil survey PRA berupa data mengenai potensi, permasalahan dan upaya tindak lanjut oleh TIM PRA yang didampingi fasilitator.


b). Setelah adanya kesepakatan dari dialog multipihak, kemudian dilakukan pemilihan badan pengurus dan anggota SPKP Kampung Wasur secara demokratis yang di sahkan oleh Kepala Kampung dalam hal ini diwakili Sekretaris Kampung Wasur.

c). Struktur organisasi SPKP kampung Wasur berdasarkan permusyawaratan kampung terdapat satu bidang tambahan yaitu Bidang Pemberdayaan Perempuan disamping bidang lainnya (Bidang Penyuluhan, Bidang Kerjasama, Bidang Bina Usaha).


d). Penyusunan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Anggaran Rumah Tangga (ART) SPKP dibuat oleh Badan Pengurus SPKP Kampung Wasur yang terpilih didampingi fasilitator yang disahkan pemerintahan Kampung Wasur.

e). Penyediaan sarana berupa kantor atau ruang sekretariat SPKP diberikan oleh pihak pemerintahan kampung yaitu penggunaan ruangan di Balai Kampung Wasur. Peralatan kerjakantor, ATK serta bahan-bahan pustaka diserahkan oleh Pihak Ba
lai Taman Nasional Wasur mewakili Pusat Pembinaan dan Penyuluhan Departemen Kehutanan.

Adapun struktur organisasi SPKP Kampung Wasur adalah sebagai berikut :
1. Ketua : Fransisco Mahuze
2. Sekretaris : Armand Reinhard
3. Bendahara : Emeliana Gebze
4. Koordinator :
a. Bidang Penyuluhan : Januarius Wolo
Pembantu Bidang : Felix Rumlan, Frederikus G.
b. Bidang Kerjasama : Erwin Futunanembun
Pembantu Bidang : Hilarius G.,Yosep G.
c. Bidang Bina Usaha : Mikela Ndiken
Pembantu Bidang : Fransisca M., Enggelbertus M.
d. Bidang Pemberdayaan Perempuan : Dominika Kaize
Pembantu Bidang : Bernadeta Gebze, Rosalina

Badan pengurus dan anggota SPKP Kampung Wasur lebih didominasi oleh generasi muda dari Kampung Wasur yang mrupakan putra putri dari para tokoh masyarakat dan perwakilan dari kelompok-kelompok petani dan perwakilan dari marga-marga adat di suku Marori Men-gey Kampung Wasur. Adanya pembentukan Bidang Pemberdayaan Perempuan dalam struktur organisasi SPKP Kampung Wasur menunjukkan adanya penghargaan terhadap gender di masyarakat kampung dan adanya peran serta aktif dari kaum perempuan dalam program kegaiatan di Kampung Wasur. Kegiatan ini sangat disambut baik oleh masyarakat Kampung Wasur karena merupakan potensi yang baik bagi pelaksanaan program pembangunan hutan dan kehutanan di Kampung Wasur kedepan.

Adapun harapan kedepan setelah terbentuknya kegiatan ini adalah perlu adanya peningkatan kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia dari pengurus dan anggota SPKP Kampung Wasur guna peningkatan kinerja kedepan. Pendampingan dari penyuluh kehutanan (Polhut dan PEH) dari Balai Taman Nasional Wasur harus sesering mungkin dilaksanakan guna pemberdayaan SPKP Kampung Wasur.
Selengkapnya...

28 Juli, 2008

Berita : Hari Lahan Basah Sedunia dirayakan di Taman Nasional Wasur Merauke

(www.kab.merauke.go.id, 28-07-2008)
Hari Lahan Basah Sedunia dirayakan di Taman Nasional Wasur Merauke. dan dihadiri Dirjen Konservasi PHKA Bapak, Ir Tatory MM yang diwakili oleh Bapak Ir.Noerhidayat, Muspida Kabupaten Merauke, Para undangan, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, PNS dan Pelajar

Acara dibuka dengan Doa yang dipimpin oleh Sdr Upick.S ( Staf BTN Wasur ) dan dilanjutkan dengan Kepala Balai Taman Nasional Wasur, Ir. Tri Siswo Raharjo yang dalam sambutannya mengatakan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk mensosialisasikan tentang arti penting lahan basah sebagai penyangga kehidupan, meningkatkan pemahaman tentang lahan basah yang ada di Taman Nasional Wasur Yang merupakan Lahan Basah terbesar kedua didunia dan Pertama di Asia merupakan Aset Bangsa yang patut kita banggakan, Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai macam lomba diantaranya, Lomba mewanai lahan basah untuk pelajar tingkat SD, dan untuk tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi mengikuti lomba Karya Tulis tentang Lahan Basah. Dan pemenangnya akan diumumkan oleh Panitia Lomba. Sekaligus penyerahan hadiah bagi para pemenang.

Kemudian Bapak Ir.Noerhidayat membacakan sambutan tertulis oleh Dirjen Konservasi PHKA Bapak, Ir. Darori MM yang mengatakan lahan basah terkait dengan Konferensi Ramsar, Ramsar yang merupakan nama salah satu kota di Iran Timur Tengah yang dipakai sebagai sebuah perjanjian kerja sama Negara-negara Dunia yang disetujui pada Tanggal 2 Pebruari 1971 dimana Indonesia sendiri telah menandatangani Konferensi Ramsar melalui keputusan Presiden No 48 Tahun1991. Hal tersebut menandakan bahwa apa yang telah tertuang didalam Konferensi tersebut Indonesia turut mempertahankan dan turut bertanggang jawab. Saat ini Indonesia memiliki tiga lokasi Ramsar diIndonesia yaitu Taman Nasional Merbak di Riau, Taman Nasional Danau Sentarong di Kalimantan Barat dan Taman Nasional Wasur di Merauke Papua. Pada kenyataannya lahan basah menyimpan sumber daya alam yang sangat melimpah dan sangat produktif tidak hanya sebagai habitat ikan tetapi juga tumbuh berbagai jenis tumbuhan yang mempunyai nilai komersial tinggi sekaligus sebagai habitat burung air termasuk yang bersifat Migran sehingga sangat berpotensi untuk pengembangan tempat wisata. Dalam sambutan tertulisnya beliau menghimbau kepada semua warga masyarakat untuk ikut mejaga dan melestarikan Taman Nasioanal Wasur yang merupakan sumber penghidupan warga sekitar.

Kemudian Acara dilanjutkan dengan Sambutan Wakil Bupati Kabupaten Merauke Bapak Drs. Waryoto, M.Si yang dalam sambutannya Wakil Bupati mengatakan Taman Nasional Wasur memiliki peranan penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena didalamnya terdapat Rawa Biru yang merupakan satu-satunya sumber Air Bersih Masyarakat Kota Merauke. Taman Nasional Wasur juga merupakan tempat persinggahan burung-burung migran dari negara tetangga seperti australia maupun papua new guinea selain dari kutub utara yang akan ke kutub selatan maupun sebaliknya.

Kemudian Acara dilanjutkan dengan peresmian Balai Konservasi dan Penelitian BOMI SAI yang terletak disamping kanan pintu masuk Taman Nasional Wasur Merauke Papua.
Selengkapnya...

Video : Musamus

Klik disini apabila tidak bisa menampilkan video

Rumah Semut begitu orang menyebutnya, padahal Musamus begitu sebutan penduduk lokal merupakan “istana” yang dibangun oleh koloni rayap. Menggunakan campuran dari rumput kering sebagai bahan utama dan liur sebagai semen untuk merekatkannya, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun istana rayap ini.

Keistimewaan dari rumah rayap ini adah rancangan ventilasinya yang berupa lorong-lorong yang membantu melindungi dari air hujan, dan membantu melepas panas ke udara ketika musim panas tiba. Karena berbagai keistimawaan yang dipunyainya, maka tidak heran musamus dijadikan lambang daerah Kabupaten Merauke.

Musamus ini hanya dapat ditemukan di beberapa tempat di dunia, dan untuk di Indonesia mungkin hanya ada di Merauke saja. Kita dapat menemukan Musamus di Taman Nasional Wasur dan di beberapa wilayah di Kabupaten Merauke.